|
Belanja Hemat di #Griya Belanja Hemat |
Waseso Segoro (Tanah Impian) - Berangkat dari pemikiran, uang itu dikejar atau ditarik? Maka disitu ada yang namanya pola pikir bagaimana mengendalikannya.
Jadi, intinya kita yang harus tahu, dan paham untuk mengendalikan sejumlah uang yang kita miliki tersebut, diperuntukkan untuk apa?
Sementara, uang itu adalah alat belanja yang praktis, sehingga kartu ATM, Credit Card, dlsb-nya, disebut pula dengan "Uang Plastik." Intinya tetap uang.
Dasar dari Gaya Hidup Hemat adalah gaya atau cara seseorang dalam mengelola keuangannya sendiri secara bijak.
Dalam membelanjakan uang, selain Kekuatan Belanja kita, yang kita harus sangat perhatikan adalah HARRGA. Dimana ada istilah harga barang / produk yang mahal berkualitas tinggi, sementara harga barang / produk yang murah berkualitas rendah.
Nah disini sebenarnya, salah satu esensi dari Gaya Hidup Hemat Bikin Cerdas dan Kaya itu bukan PELIT, tapi CERDAS dan TIDAK BOROS.
Mari kita bahas satu persatu...
PERTAMA adalah Harga
Kita perlu tahu dulu, darimana munculnya harga barang?
Saya akan coba menerangkannya secara mudah, agar mudah pula untuk dicerna.
Munculnya HARGA PRODUK dikarenakan, ada biaya produk, plus biaya-biaya lain seperti distribusi, promosi, dlsb, terakhir ditambahkan margin keuntungan yang diinginkan oleh si produsen.
Semoga penjelasan diatas cukup memberikan gambaran cukup jelas mengenai HARGA itu sendiri.
KEDUA, Murah atau Mahal?
Bagi orang kebanyakan, mereka yang membeli barang murah atau mahal, mereka hanya melihat dari satu variabel saja.
Sementara, ada pepatah "Ada Harga Ada Barang" yang artinya, harga yang mahal memberikan kualitas yang tinggi pula... Itu dulu...
Kenapa saya bilang itu dulu?, karena dulu orang hanya mengenal Marketing 1.0, sementara sekarang saat artikel ini saya tulis, sudah mulai diterapkannya Marketing 6.0.
Inti dari Marketing 1.0 adalah fokus pada produk, efisiensi produksi, dan promosi masal saja. Konsep ini muncul di era Revolusi Industri, sekitar tahun 1950-an hingga 1970-an
Jadi masih relevan dengan pepatah "Ada Harga Ada Barang", sementara kini sudah berlaku Marketing 6.0.
Marketing 2.0 berfokus pada pelanggan, di era ini, perusahaan mulai memperhatikan kebutuhan dan preferensi konsumen, serta berusaha untuk membangun hubungan yang lebih erat dengan pelanggan.
Era Marketing 2.0 ini berfokus pada upaya memenuhi kebutuhan konsumen demi menjadi pilihannya, agar tidak berpaling ke merek lain. Saat Marketing 2.0 diterapkan, mulailah istilah segmentasi, yang disebabkan karena setiap konsumen memiliki kebutuhan yang berbeda.
Agar mudah untuk dimengerti esensi antara Marketing 1.0 dan Marketing 2.0. Pada Marketing 1.0, produsen mencoba menjelaskan Kegunaan dan Keunggulan (Kualitasnya) produknya dengan produk sejenis lainnya.
Sementara Marketing 2.0, karena sudah mengetahui kebutuhan konsumennya, maka yang lebih ditekankan adalah kebutuhan konsumen.
Nah dari konsep pendekatan kebutuhan konsumen inilah, para pemasar mulai menggunakan pola "Bujuk Rayu Marketing", sehingga konsumen termakan oleh pendekatan eksistensi psikologis pemasar, sehingga menjadikan seolah-olah produk si pemasar itu benar-benar dibutuhkan.
Karena pada artikel ini penulis hanya berfokus pada Hidup Hemat, maka berbekal Marketing 2.0 ini saja, kita sudah bisa memposisikan diri dalam me!ihat apa itu Harga bagi seorang yang memutuskan untuk Bergaya Hidup Hemat.
Disinilah perlunya seorang Frugal Living jeli dan cerdas dalam memilih produk yang akan dibelinya. Intinya untuk Bergaya Hidup Hemat, kita mengenali produk dan kualitasnya, sehingga kita bisa mendapatkan produk berkualitas dengan harga paling murah.
Ada pertanyaan, mengapa berangkat dari kualitasnya?
Kembali lagi pada pepatah "Ada Harga Ada Barang" yang artinya Harga Mahal diasumsikan pastinya Kualitasnya lebih baik, yang juga berarti produk tersebut lebih awet, yang artinya juga dengan awetnya produk yang kita beli, maka kita akan berhemat untuk tidak berulang-ulang membeli produk tersebut.
Contoh mudahnya, jika anda membeli sapu murah, yang mungkin setahun kita membelinya bisa 3 kali, dengan harga 1.000, sementara kalau kita beli sapu yang harganya 2.500 kita dapat menggunakannya hingga 2 tahun. Maka hematnya dapat dihitung dalam kurun waktu 2 tahun. Sapu Murah (Harga 1.000) kita membeli 6 kali @ 1.000 = 6000, sementara Sapu Mahal hanya cukup 2.500 dalam kurun waktu yang sama.
Gambaran contoh diatas itulah salah satu yang dimaksud dengan Pola Hidup Hemat.
Olehkarenya saya memberi judul artikel ini dengan "Hidup Hemat Bikin Cerdas Bukan Pelit!!!"
Mengapa Hidup Hemat bikin Cerdas?, karena kita dipaksa memiliki banyak pengetahuan, sehingga kita bisa cepat mengambil keputusan, mulai dari prioritas barang-barang yang kita butuhkan, dengan perhitungan penghasilan dikurangi tabungan = kekuatan belanja kita, hingga mendeteksi barang-barang kebutuhan kita yang berkualitas, tetapi dengan harga paling murah dibanding dengan barang-barang sejenisnya.
Untuk memenuhi kebutuhan para penganut Gaya Hidup Hemat memulai untuk Belanja Hemat, sebelum dirinya piawai dalam mendapatkan Barang-barang yang harganya masuk dalam kategori hemat, maka Anda dapat mulai Belanja Hemat di #GriyaBelanjaHemat sambil memperhatikan harga-harga produk, penilaian konsumen terhadap produk tersebut, serta vendor-vendor nya. Mengapa fakta tersebut dibilang hemat. (KS639)
Catatan:
Pola pikir ini sejalan dengan
LOA yang produk-produk pemingkat Sugestinya tersedia di toko
Griya1111